Thursday, December 22, 2016

Berdamai Dengan Masa Lalu

2014 � Berdamai dengan masa lalu adalah hal yang kadang sangat sulit dilakukan oleh sebagian orang. Terkadang hanya beberapa orang yang sanggup untuk ikhlas dengan masa lalu nya, merelakan dia untuk bahagia bersama orang baru. Dan tak jarang, dua orang yang gagal menjalani hubungan bisa berakhir seperti dua orang yang tidak saling kenal.

//

Ada kah diantara kalian yang pernah hubungannya berakhir lalu tidak bisa berdamai dengan masa lalu?

Ada?

Pasti.

Nggak masalah itu adalah hak kalian, mungkin dia yang terlalu menggores luka di hati memang harus mendapatkan hal setimpal. Karena setiap orang memiliki perasaan yang berbeda-beda dan setiap orang memiliki waktu nya masing-masing untuk sekedar menyembuhkan rasa dikecewakan.

Sebenarnya gue juga pernah mengalami fase ini, fase dimana rasa enggan untuk mengenal orang yang dulu pernah berjanji mau bareng-bareng, gue enggan untuk sekedar menatap foto � kami yang tertempel di kamar � orang yang selalu jadi tempat gue mengadu saat mulai menyerah, gue enggan untuk sekedar mengingat lagi orang yang dulu menjadi alasan gue untuk sekedar bangun pagi.

Tujuh tahun yang lalu gue pernah dikecewakan, gue merasa seharusnya pertemuan konyol di bawah pohon sukun itu tidak terjadi, yang berujung pada sebuah hubungan yang berakhir dengan kekecewaan. Namun setelah itu gue menyesal atas keputusan gue yang secara sepihak; harus nya perpisahan disepakati dan berakhir dengan baik-baik, karena kami mengawalinya dengan baik-baik.

Sejak saat itu gue selalu berusaha mencari ruang maaf dari hati nya yang sudah gue hancurkan, melakukan berbagai cara untuk sekedar menebus dosa yang sudah menancap terlalu dalam. Bertahun-tahun gue coba untuk berusaha meminta maaf, ya... intinya hanya meminta maaf. Karena gue tahu kembali hanya sebuah angan.

Lalu bagaimana kabar kami sekarang?

Lucu. Mungkin hanya kata itu yang menurut gue paling cocok menggambarkan keadaan kami sekarang. Lucu, bagaimana kami yang dulu selalu menghindar malah sekarang saling mencari. Lucu, bagaimana saat gue curhat tentang cewek yang gue dekati Dia malah memberi dukungan dan masukan. Lucu, bagaimana Dia yang sudah punya kekasih tapi malah mendengarkan apa yang gue katakan.

Sebelumnya gue nggak pernah berharap atau sekedar untuk membayangkan kalau kami akan sedekat ini, jauh lebih dekat dari pada saat kami memiliki hubungan khusus. Gue malah sempat berfikir Dia nggak akan mau lagi ketemu atau sekedar membalas chat, sekarang? Jangankan buat ketemu atau chatting doang, diajak jalan aja Dia mau terus. Hihi...

�Bukannya Dia mantan yang bikin lo gagal move on? Kalau kayak gini makin susah move on dong?�

Justru disana, semakin kita mencoba untuk menghindar biasanya akan makin kepikiran. Gue memilih untuk menikmati apa yang ada, awalnya memang rada aneh tapi lama kelamaan gue malah terbiasa karena memang niat bukan untuk merajut angan lagi. Nggak ngampang memang untuk bisa akrap lagi dengan masa lalu, mungkin lebih gampang ketika tidak menghubungi Dia (mantan) lagi.

Semakin kesini gue pribadi makin merasa bahwa berdamai dengan masa lalu dan menjadi akrap bukan hal yang buruk.

Mantan Pacar Adalah Orang Yang Kenal Luar dan Dalam Kita � Setiap hal apa pun selama bersama selalu diceritakan, sedih, senang, susah, semuanya dibagi tanpa ada yang harus dihawatirkan (kecuali selingkuh). Saat hanya butuh telinga dia selalu mendengar, saat butuh nasihan dia juga selalu bisa memberikan. Dia adalah orang yang kenal baik-buruk nya kita, Dia adalah orang yang mengerti harus berbuat apa tanpa diminta.

Disetiap pertemuan gue dan Dia selalu saling tukar pikiran dan pendapat tentang apa saja, dari soal pekerjaan sampai hubungan. Dia yang sudah mengenal luar dan dalam gue adalah alasan kenapa gue selalu mencarinya, karena membagi cerita dengan orang baru - lagi - bukan perkara yang mudah buat gue.

Sudah terlalu cukup gue berbagi dan terlalu percaya dengan orang yang sering bilang �Mau diseriusin gak?� atau �Kita sama-sama terus ya�. Disini gue berfikir bahwa cinta seperti hal apa yang kita senangi, ketika kita terlalu senang dengan satu hal kita cenderung akan larut terbawa arusnya dan kadang bisa saja menghalalkan berbagai cara untuk mencapai puncak tertinggi, seperti layaknya meracik kata-kata manis yang membuat sasarannya terbuai.

Jadi jangan malu untuk sekedar bertukar pendapat dengan Dia.

Dia yang lama dan baik, selamanya akan menjadi baik meski sudah tidak ada kata �kita� diantara kalian.


Bagaimana Pun Dia Sudah Mendewasakan Atas Sebuah Perpisahan � Coba renungkan sebentar dan ingat-ingat lagi apa yang terjadi setelah cerita manis kalian berubah menjadi rasa pahit saat terjadinya perpisahan...

Perpisahan kami membuat gue jadi lebih berhati-hati untuk berkata dan bertindak. Perpisahan kami juga membuat gue bisa menciptakan sebuah karya dari rasa sesal yang gue alami. Itu yang gue rasakan, bagaimana dengan kalian?

Saat gue coba memulai lagi gue selalu melihat ke belakang, bukan... ini bukan soal membandingkan yang dulu lebih baik dari yang sekarang. Hanya saja kita perlu melihat kebelakang dan belajar dari cerita pahit dimasa silam untuk menjadi manis dimasa sekarang.

Membandingkan Dia yang dulu lebih baik dari pada orang baru hanya akan membuat rugi. Karena buat gue seperti apapun orang yang bersama gue sekarang itu adalah pilihan terbaik, toh kalaupun gagal gue hanya akan belajar lagi untuk ikhlas. Ya, walaupun jujur ikhlas adalah perkarang yang paling sulit. Setuju?

Tapi justru dibalik sulitnya untuk meng-ikhlas-kan ada kedewasaan yang menanti.

Jadi kita juga harus belajar dari sebuah perpisahan, mengambil makna dari setiap kejadian-kejadian yang sudah menjadi takdir, karena perpisahan lah yang mampu membuat kita menjadi lebih dewasa dan bijak.

Seperti segelas kopi, perpisahan pasti akan terasa pahit. Namun hanya sebagian orang yang mampu merasakan bahwa rasa pahit dari sebuah kepergian juga bisa dinikmati.

-


Sekitar awal november gue mengerjakan tugas kampus Dia, saat itu Ibu Dosennya � yang gue tau cantik banget � ngasih tugas bikin poster yang berisi salah satu berita ekonimo di Indonesia. Dan saat bersamaan mouse gue mendadak rusak, bisa aja sih bikin desain kalau nggak pakai mouse di laptop ini tapi pasti hasilnya gak maksimal.

Berhubungan gue adalah mantan yang kurang ajar, gue pinjem mouse Dia dan minta dianter ke rumah gue. Niatnya sekalian nggak mau dibalikin kemarin.

Dan ketika tugas Dia sudah selesai gue minta Dia ambil mouse nya ke rumah gue lagi. Dia datang ke rumah tapi kalian tahu apa? Dia nggak sendiri, Dia datang sama pacarnya yang lebih tinggi dan lebih keren dari gue...

Gue kasih mouse nya, Dia bilang makasih pacarnya juga bilang makasih, gue jawab dengan senyum dan kalimat sama-sama. Kami sempat ngobrol sebentar bertiga ketawa-ketawa di depan rumah gue, saat mereka mau pamit untuk pertama kalian gue berjabat tangan dengan pacar si mantan.

Pacar barunya yang ini harus gue akui lebih dewasa dan jauh lebih dari yang setelah gue, yang bikin hubungan gue gagal tujuh tahun lalu. Pacar barunya juga tahu, gue dan Dia ada apa di tujuh tahun lalu. Adakah rasa marah atau aneh saat kami bertemu dan berjabat tangan?

Gue harus jawab, iya.

Iya aneh, bagaimana saat kebanyakan orang berusaha menyembunyikan rasa sakit tapi gue malah senang dengan kondisi ini.

Sebagian orang mungkin lebih memilih untuk tidak berteman dengan mantan pacar nya lagi, itu nggak masalah. Tapi untuk orang-orang yang berteman lagi dengan mantan pacar juga bukan hal yang buruk.

-

Dewasa bukan hanya tentang bagai mana bisa mengambil keputusan yang bijak, lalu menerima segala resikonya. Bukan hanya tentang sebuah janji manis yang diucapkan, lalu sengaja dilupakan.

Dewasa juga berarti bagai mana kita bisa menerima kenyataan pahit, seperti sebuah kepergian. Dan dewasa juga berarti bagai mana kita bisa bersahabat baik dengan masa lalu. Bukan melupakan dan menganggap dia tidak pernah ada dikehidupan kita yang lalu. Karena dia yang mendewasakan.

Jadi, masih musuhan sama mantan? :)

0 comments:

Post a Comment